Rabu, 24 Februari 2021

Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik SN1

 

Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik SN1

Pada blog sebelumnya kita sudah membahas tentang reaksi substitusi nukleofilik SN2, dan pada blog kali ini kita akan membahas tentang reaksi substitusi nukleofilik SN1.

Pada link  https://youtu.be/w1mkSmKyue8 dijelaskan bahwa, SN1 merupakan singkatan dari Substitusi Nukleofilik dan angka 1 mengandung makna bahwa tahap penentu laju reaksi ini merupakan reaksi molekul tunggal.  Reaksi ini melibatkan suatu zat dimana antara karbokation dan juga sering terjadi pada reaksi alkil halida sekunder maupun tersier, ataupun dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan tersier.

Alkil halida tersier mengalami mekanisme SN1, dimana mekanisme SN1 sendiri yaitu reaksi ion. Pada umumnya reaksi SN1 yang nukleofiliknya berupa basa yang amat lemah sepertu H2O dan C2H5OH yang mana direaksikan dengan alkil halida tersier terbentuk prodak substitusi. Karena H2O juga digunakan sebagai pelarut, jadi reaksi ini disebut dengan reaksi solvolisis. Reaksi solvolisis berasal dari kata solvent dan -lysis yang artinya pemecahan oleh pelarut.

Ciri-ciri reaksi SN1

Ciri-ciri reaksi yang  berjalan dengan mekanisme SN1 ialah sebagai berikut:

1. Laju reaksi tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Langkah awal ialah penentu laju, dan nukleofil tidak terlibat pada langkah ini. Maka kendala pada laju reaksi ini yaitu laju pembentukan karbokation, bukan laju reaksinya dengan nukleofil, dan berlangsung sangat cepat pula.

2. Apabila karbon pembawa gugus pergi ialah stereokimia, reaksi berlangsung terutama dengan hilangnya aktifitas optis. Maka hanya ada tiga gugus yang melekat pada karbon yang bermuatan positif ( pada karbokation).

3. Reaksi yang paling cepat apabila gugus alkil pada substrat keadaan tersier dan terjadi paling lambat pada substrat premier.

 

Contoh penerapan reaksi SN1

Disini saya mengambil contoh reaksi antara tributil bromida (CH3)3CBr dengan H2O. Pada tahap pertama terjadi tahap ionisasi. Yang mana Br perlahan-lahan melepaskan dirinya dari substratnya. Dalam tahap ini juga terjadi keadaan transisi, hal ini dikarenakan alkil halida tersier mematahkan ikatan antara karbon dengan gugus pergi. Setelah ikatan antara karbon dengan gugus pergi lepas maka menghasilkan suatu zat diantara karbokation dengan anion gugus pergi. Seperti yang terlihat pada gambar :

Selanjutnya tahap penggabungan, pada tahap ini karbokation bereaksi dengan pelarut, yang disini pelarutnya adalah H2O ataupun nukleofilik yang lemah. Reaksi penggabungan yang terjadi, berlangsung sangat cepat hal ini dikarenakan karbokation merupakan sebuah zat antara yang sangat reaktif. Pada tahapan ini dihasilkan keadaan transisi yang mana terbentuknya ikatan baru antara oksigen dengan karbon. Dan menghasilkan produk antara terbutil alkohol yang masih memiliki proton.

 


Pada tahap ini sudah bisa dikatakan tahap ion SN1, akan tetapi dikarenakan hasil produknya masih berproton, maka ditambahkan suatu tahapan lagi yaitu tahap asam basa. Pada tahap ini yang berperan sebagai asam ialah ter-butil alkohol dan alkohol berperan sebagai basa. Yang mana reaksi yang terjadi ialah reaksi kesetimbangan yang menghasilkan ter-butil alkohol dan asam H3O+  ataupun air yang berproton. Ketiga tahap diatas merupakan mekanisme substitusi nukleofilik SN1.


Permasalahan :

1. Pada reaksi SN1, jika karbon yang membawa gugus pergi bersifat kiral , maka reaksi yang terjadi menyebabkan aktivitas optik hilang, mengapa hal tersebut demikian?

2. Seperti yang kita ketahui nukelofilik dapat menyerang dari kedua sisi, bagaimana caranya?

3. Apakah reaksi SN1, dapat terjadi pada pelarut selain air? Dan bagaimana jika hal tersebut terjadi?

3 komentar:

  1. Baiklah, saya Riska Indriyani NIM A1C119091 akan menjawab permasalahan nomor 1.

    Hal yang menyebabkan aktivitas optik menghilang dalah karena SN1 terjadi dua tahap maka akan ada dua rintangan energi yang terjadi yaitu terputusnya ikatan dan pembentukan ikatan. karena pada tahap pertama menyebabkan karbokasi planar sedangkan tahap dua menghasilkan dua produk, hal tersebutlah nantinya dimana nukleofil menyerang segitiga plana karbokasi dengan frekuensi yang sama sehingga racemic akan terbentuk menyebabkan aktiitas iptiknya akan menghilang secara bersamaan.

    BalasHapus
  2. Baiklah, saya Elisa Apulina Br Sitepu NIM: A1C119031, izin untuk menjawab permasalahan no 3.
    Pada reaksi SN1 dapat terjadi pada pelarut selain air. karena reaksi SN1 melibatkan pembentukan zat antara karbokation yang tidak stabil pada tahap penetapan laju reaksi, segala sesuatu yang dapat memfasilitasinya akan meningkatkan laju reaksi. Pelarut yang biasa digunakan biasanya bersifat polar (untuk menstabilisasikan zat antara secara umum) dan protik (untuk melarutkan gugus lepas secara khususnya). Pelarut polar protik meliputi air dan alkohol, yang juga dapat bertindak sebagai nukleofil. Skala Y menghubungkan laju reaksi solvolisis dari pelarut (k) dengan pelarut standar (80% v/v etanol/air) (k0). Sebagai contoh 100% etanol memberikan nilai Y = - 2,3 dan 50% etanol dalam air memberikan nilai Y = +1,65.
    Terimakasih

    BalasHapus
  3. saya qusayri al farisi tambuban nim a1c119038 akan mencoba menjawab pertanyaan no2. Reaksi Sn 1 terjadi dua kali penyerangan atau terjadi 2 tahap. Pada tahap pertama terjadi tahap ionisasi. Yang mana Br perlahan-lahan melepaskan dirinya dari substratnya. Dalam tahap ini juga terjadi keadaan transisi, hal ini dikarenakan alkil halida tersier mematahkan ikatan antara karbon dengan gugus pergi. Setelah ikatan antara karbon dengan gugus pergi lepas maka menghasilkan suatu zat diantara karbokation dengan anion gugus pergi. tahap kedua yaitu tahap cepat. Nukleofil menyerang orbital kosong, "elektron lapar" dari karbokation C ini untuk membentuk ikatan baru dan mengembalikan karbon ke geometri tetrahedral.

    BalasHapus

Derivat Asam Karboksilat

  Derivat Asam Karboksilat Derivat asam karboksilat ialah suatu senyawa yang akan menghasilkan asam karboksilat apabila direaksikan dengan a...